Senin, 21 Desember 2009

SAMPAH-SAMPAH DI MANFAATKAN…. SAMPAH-SAMPAH AYO PISAHKAN….

Permasalahan Sampah di Depok ini, sepertinya tidak ada habis-habisnya.

Sebenarnya, masalah utamanya ada dua, yaitu :

Pertama, jumlah /volume sampah yang sangat tidak seimbang dengan ketersediaan sarana (truk-truk pengangkut) sampah. Hal ini sudah ber kali-kali diungkapkan oleh Kepala Dinas Kebersihan ,dan lingkungan Hidup .( Bahkan sudah sejak Kepala Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup yang sebelum ini, yaitu ketika dijabat oleh Bp Walim)

Bayangkan, volume sampah, di Depok ini setiap harinya bisa mencapai 3 ton ! Padahal karena kekurangan armada pengangkut ini, yang bisa diangkut ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) di Cipayung cuma 1 ton, dan TPA Cipayung toh punya batas daya tampung juga .

Yang Kedua, belum adanya kesadaran masyarakat tentang persampahan.

Kedua hal inilah yang sekarang mestinya mendapat perhatian dari Pemkot Depok.

Memperbanyak Truk-truk pengangkut sampah, penting sekali artinya, agar jangan sampai terjadi penumpukan sampah, sehingga menimbulkan bau , dan akan memunculkan banyak protes dari warga.

Mensosialisasikan masalah persampahan ini kepada warga, adalah untuk mengurangi dan memanfaatkan sampah ini, sejak dari sumbernya, yaitu Rumah Tangga.

Saya pernah ke New Zealand,dan saat saya disana, saya mencermati bahwa sebelum bangunan/gedung-gedung pemusnah sampah didirikan, masyarakat sudah jauh hari dipersiapkan.

Para ibu Rumah Tangga tidak berani menyerahkan sampah rumah tangganya tanpa dipisahkan terlebih dahulu antara sampah yang organik dan yang non organik (Dua kantong yang berbeda warna ), karena bakalan tidak diangkut oleh para pengumpul sampah (Disana pakai mobil semua, kalau disini dilingkungan yang lebih kecil, misalnya RT, RW, memakai gerobag), atau bahkan bisa di kenai denda ! Para pengumpul sampahpun, akan menyetorkan sampahnya dalam bentuk terpilah, kalau tidak ya kena sangsi. Baru sesudah masyarakat paling tidak mengetahui proses yang harus dilakukan, bangunan-bangunan pengolah sampah itu yang harganya sangat mahal, didirikan , dan kemudian berjalan sangat efektif.

Di Depok ini justru kebalikannya ! Bangunan/ Gedung pengolah sampah banyak bermunculan dibangun denga n biaya yang sangat besar, dan memakai uang rakyat, tanpa memberikan waktu yang cukup untuk sosialisasi ke masyarakat. Akibatnya masih banyak masalah yang timbul, seperti masih menumpuknya sampah, UPS( Unit Pengolah Sampah) yang tidak berfungsi dan sebagainya . Artinya, hasilnya masih jauh dari harapan.

(Banyak sudah kritikan yang dimuat di Koran Monde , seperti dari Bp Riris Yanto, ketua DPRD Depok, 27 oktober 2009, juga Bp Ervan Teladan, ketua komisi B, 16 Desember 2009, dan anggota masyarakat lainnya).

Oleh sebab itu, mensosialisasikan masalah persampahan ini kepada warga, harus jadi prioritas utama, harus terprogram dengan baik, dan terintegrasi. Kalau perlu dibentuk Satgas-Satgas (Satuan Tugas), bisa disetiap Kecamatan, atau bahkan Kelurahan. Anggarkan biaya yang besar untuk ini. Kalau bisa anggaran untuk UPS sebagian dialihkan untuk program Sosialisasi ini. Atau bisa juga menjalin kerjasama dengan perusahaan-perusahaan besar, seperti Unilever, dll.

Perlu juga menggandeng LSM-LSM yang peduli sampah (LSM Lingkungan), untuk diajak bekerjasama mengatasi masalah sampah ini. Biasanya LSM mempunyai SDM (Sumber Daya Manusia) yang cukup handal, dan lebih bersifat pengabdian/non profit.









Ny.Ratna Marsoedi, pecinta lingkungan.

Warga Limo, Depok

1 komentar:

  1. Tulisan yang bagus, Bu.. terutama pertanyaan terakhirnya.. :-)

    Semoga kesadaran masyarakat semakin bertambah ya, Bu.. :-)

    BalasHapus