Senin, 31 Oktober 2011

Biopori itu (juga) solusi


Bencana sebenarnya bisa dicegah . Itu kalau kita tahu caranya dan terutama mau melakukannya.Kondisi lingkungan kita  semakin mengkhawatirkan. Kalau musim hujan, banjir  menghadang di mana-mana. Jalanan macet, rumah-rumah kebanjiran, sawah rusak karena tanaman padi membusuk. Sebaliknya kalau musim kemarau , tanaman banyak yang mati, dan sumur-sumur warga kering. Alam menjadi tidak bersahabat. Itu karena  ulah manusia yang memperlakukan alam  dengan serakah.Membabat hutan , menebangi pohon, menyesakinya dengan gumpalan-gumpalan plastik yang sampai ratusan tahun menyodok-nyodok paru-paru bumi, karena setelah ratusan tahun plastik baru bisa hancur.
Solusinya tentu saja dengan penanaman pohon kembali, memisahkan sampah plastik dan mendaur ulangnya agar tidak segera mencemari sungai dan tanah.Yang tidak kalah penting adalah juga membuat sumur-sumur resapan, untuk menahan air agar tidak banjir waktu hujan dan tidak kekeringan waktu kemarau. Namun karena banyak rumah warga yang halamannya tidak luas, maka pembuatan biopori adalah solusi yang bisa dikerjakan, karena lebih praktis dan murah.
Dengan adanya lubang biopori, maka ketika hujan, air akan tertampung dan masuk ke kedalaman tanah ( satu meter dari permukaan tanah), sehingga biopori bisa layaknya sebagai kolam-kolam penampungan air yang sangat berguna ketika musim kering tiba. Disamping itu lubang biopori juga digunakan sebagai pembuatan kompos yang akan menyuburkan tanaman disekitarnya.Setiap hari sampah sampah (daun kering, bekas sayuran, sisa nasi dll yang organik), kita masukkan kedalam lubang biopori tersebut, dan akan menjadi kompos dengan sendirinya.

Kader Pos Lansia “ Dahlia Senja” Belajar tentang Biopori ke Kelurahan Beji, diantar oleh Bp Rahman dari DKP (Dinas Kebersihan dan Pertamanan) Depok tgl 12 Okt 2011

Kader Jujuk memperhatikan pak Rt Saman,Beji menerangkan biopori.
Lubang biopori. Kedalamannya satu meter. Namun sekitar 10 CM dari permukaan tanah diberi paralon yang ukuran 14 inchi untuk menampung sampah organik, dan ditutup dengan bulatan dari adukan semen yang ber lubang-lubang untuk masuknya air
Kader Ellia, mengamati alat biopori, yg panjangnya sekitar 120 cm 
 

 Nah sekarang ibu-ibu kader Pos lansia Dahlia Senja mulai sosialisasikan pembuatan lubang biopori di Taman Dahlia Senja. 24 Okt 2011
 
Kader Wanih unjuk kebolehan…he he he
Ketika kami sosialisasikan ke anggota Dahlia Senja yang sekitar 50 orang. Mereka menyatakan bersedia untuk membuat lubang biopori di halaman masing-masing. Banyak sedikitnya lubang yang dibuat tentu tergantung luas halamannya. Jarak biopori ini satu dengan yg lain sekitar satu meter. Jarak dengan pepohonan( besar) sekitar satu meter juga. Dengan biopori ini tanaman akan menjadi subur, dan sumur tidak mudah kering

Tutup biopori produksi Dahlia Senja
 

 
Dibuka untuk diisi sisa dedaunan, sisa makanan, sayuran dll, kemudian ditutup lagi.
Nah mari membuat biopori.....
                                   
Pencanangan pembuatan biopori  warga  Limo, oleh kelompok “ Dahlia Senja”
Pencanangan ini dilaksanakan pada hari Sabtu tgl 29 Oktober 2011 yang merupakan hari senam bersama kelompok Dahlia Senja. Pada hari itu sebagai percontohan dilakukan pembuatan biopori dirumah bu Ratna sebagai ketua Pos Lansia Dahlia Senja, yang nantinya akan terus dikembangkan kesetiap rumah anggota Dahlia Senja serta seluruh masyarakat kelurahan Limo.
Sebelumnya seperti biasa didahului dengan senam bersama.

Senam bersama di halaman rumah bu Ratna 29/10/2011


Bp Lurah Limo memberi tambahan penyuluhan tentang biopori

       
       Serah terima alat biopori                         


        Mulai membuat biopori



Ayooo, Limo biopori semuaaa  

                  Siiip laaah




blog ratna habsari okt ober 2011






Rabu, 19 Oktober 2011

HOREEE !!!

Setelah kira-kira 3 bulan Ibu-ibu Pos Lansia Dahlia Senja Limo Depok praktek membuat kompos organik/ sampah rumah tangga, maka beberapa ibu sudah bisa menghasilkan kompos. Hal ini tentu menggembirakan. Pertama kompos ini bisa langsung dipakai untuk memupuk tanaman dirumah masing-masing, juga bisa untuk memupuk tanaman sepanjang Gang Hijau dan Taman Dahlia Senja. Kalau produksinya banyak, bisa dijual ke masyarakat umum.
Namun yang penting dari kegiatan ini sebenarnya adalah membangun kesadaran kita untuk mengurangi volume sampah baik organik (sisa sayuran/makanan) maupun anorganik (plastik dll), sehingga lingkungan kita bersih, mencegah banjir, mencegah UPS (Unit Pengolahan Sampah) ataupun TPA (Tempat Pembuangan Akhir sampah) overloaded.
Kompos produksi Pos Lansia “Dahlia Senja”


 Koran Monde Edisi 18 Oktober 2011

blog ratna habsari 18 oktober 2011

Jumat, 07 Oktober 2011

NOBAR

Istilah NOBAR alias Nonton Bareng saat ini  sudah  sering kita dengar. Istilah  ini muncul ketika orang mulai bosan dengan prestasi persepakbolaan di tanah air yg semakin pudar. Akhirnya perhatian, banyak ditumpahkan ke pertandingan-pertandingan internasional, seperti piala dunia dan lain-lainnya. Menontonnya menggunakan media televisi, bisa dengan layar lebar. Orang beramai-ramai bergabung untuk menonton. Bisa di cafĂ©, hotel, kantor, sampai kantor kecamatan,  kelurahan pun tidak ketinggalan menggelar acara nonton bareng ini.Acara nonton bareng ini semakin berkembang, bukan hanya sepak bola saja tetapi juga NOBAR ke gedung bioskop ketika ada film-film yg menarik diputar.
Dengan nonton bareng ini orang merasa acara bisa lebih menarik . Sebenarnya ini juga perwujudan dari  semangat persatuan/gotong royong yang merupakan sifat  warisan bangsa Indonesia sejak dulu.
Nah, kalau Pos Lansia Dahlia Senja mengadakan NOBAR, tentu bukan sepakbola yg di putar, tetapi kami memutar video tentang pembuatan kompos. Acaranya digelar pada tanggal 17 September 2011 di kelurahan sekalian dilanjutkan pemeriksaan kesehatan . Sebenarnya ibu-ibu sudah mendapat pelatihan pembuatan kompos dari DKP Depok, dan sudah dipraktekkan. Ada yang berhasil ada yang belum. Kami putarkan video ini, untuk menambah informasi serta  semangat bagi ibu-ibu.
Video ini memberi tuntunan secara jelas, bagaimana mudahnya dan sederhananya membuat kompos dari sampah organik rumah tangga, dengan harapan ibu-ibu tidak segan untuk  membuat kompos.
Video ini dari Kebun Karinda Lebak Bulus Jakarta selatan, kebun tempat percontohan
pembuatan kompos rumah tangga, milik mantan menteri kehutanan Bpk Djamaludin.

Maklum lansia, ada yg serius ada yg tidur he he .
       
Pak Lurah,televisinya diganti dong dengan yg lebih besar………


       Dr Iin, Kepala Puskesmas  Kec Limo memberi sambutan   

 
    Tokoh-tokoh yang banyak membantu 
 di kegiatan Pos Lansia:( Bidan Evi, Dr Mila, Dr Iin, Hj Fatimah/Wk ketua Dahlia Senja)



Acara dilanjutkan dengan Pemeriksaan kesehatan.
         
Foto bareng dengan sebagian ibu-ibu lansia.

blog ratna habsari