Senin, 22 Maret 2010

WISATA KUBURAN ??..... Hiiiiii...

Bapak Drs Rahmat Subagio, MM. Kepala BLH (Badan Lingkungan Hidup) Kota Depok sebagai ketua penyelenggara.

Pembuatan "Hutan Kota" di Kuburan Krukut
13 Maret 2010

Pada masa lalu, ketika agama Islam belum begitu berkembang di Indonesia, khususnya di Pulau jawa, masyarakat kita masih banyak dipengaruhi oleh faham animisme. Banyak pohon besar yang dikeramatkan, batu besar yang ada penunggunya, sungai yang bisa memberi berkah dan masih banyak kepercayaan-kepercayaan takhayul lainnya. Menjelang Maghrib, lebih-lebih apabila bertepatan dengan malam Jumat, masyarakat banyak yang membakar kemenyan, komat kamit berdoa minta keselamatan. Dalam kondisi seperti itu, tentu saja posisi kuburan menjadi "istimewa" karena sebagai lambang dari metafisika keberadaan ruh-ruh yang dianggapnya masih bergentayangan di situ. Kuburan menjadi tempat untuk minta keselamatan dan keberkahan, terlebih bila yang dikubur dianggap seorang tokoh yang dihormati, atau bisa juga si “Penunggu kuburan" hiiiii….. Bau kemenyan, dan wangi bunga-bunga yang ditebarkan menjadikan kuburan tempat yang magis, dan menyeramkan, hiiii …..

Namun seiring bergulirnya waktu, dimana mulai adanya pemahaman tentang ajaran Islam, cara pandang terhadap kuburan pun mulai berubah. Masyarakat pergi ke pekuburan bukan lagi untuk “ngalap berkah” (minta berkah), tapi untuk refleksi diri bahwa kita nanti pasti, entah kapan, akan menyusul mereka juga (yang terbaring di kuburan) sehingga diharapkan akan ada perubahan sikap kita menjadi lebih baik. Tentu saja mendoakan yang telah meninggal pun juga boleh, karena mendoakan siapa saja baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal merupakan ibadah juga. Tetapi sudah pula ada pemahaman bahwa mendoakan yang meninggal tidak harus di kuburan, malah lebih afdol jika kita mendoakan disetiap akhir sholat kita.

Bapak Ir H.Nur Mahmudi Ismail, walikota Depok memberi sambutan di depan Kuburan Krukut

Cara pandang yang baru terhadap kuburan ternyata sangat menguntungkan terhadap kondisi yang kita hadapi saat ini yaitu melonjaknya jumlah penduduk, semakin sempitnya lahan, dan rusaknya lingkungan yang ada - yang berarti semakin langkanya udara segar. Akhirnya kuburan dimanfaatkan sebagai lahan terbuka untuk ditanami berbagai tanaman peneduh sehingga bisa berfungsi sebagai “Hutan Kota”. Itulah yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Depok, yang menjadikan kuburan Krukut sebagai Hutan Kota pada tanggal 13 Maret 2010.

Bapak Walikota menyerahkan alat pemotong rumput kepada Pak Sri Busono sebagai pengelola kuburan

Berikut ini perbincangan saya dengan Bapak Sri Busono, penunggu kuburan Krukut..eh maksud saya pengelola kuburan..(hehehe..) :
“Pak, gimana Pak, apakah masyarakat nggak nolak Pak, kuburan ini dijadikan hutan kota?”
“Wah ya tadinya nolak Bu, tapi sesudah kita musyawarahkan, akhirnya masyarakat bisa memahami Bu.”
“Memahami gimana Pak?”
“Ya, maksudnya warga ngertilah bahwa kita yang pada masih hidup ini masih perlu udara yang segar, yang sehat, dan itu perlu banyak pohon-pohon. Padahal sekarang mah udah susah nyari lahan-lahan. Ya akhirnya kita ikhlaskan saja itu kuburan.”
“Kalau para ahli waris-nya gimana Pak, juga setuju?”
“Ya iya Bu, kan “ada yang bilang” kuburan itu bagusnya jangan semua dirapetin semen tapi juga dikasih tempat untuk tumbuh rumput, kan “katanya” akar-akar rumput itu ikut mendoakan yang mati, begitu Bu. Jadi kalau ditanami pohon-pohon kan malah tambah banyak dong akar yang mendoakan……”

He he he.. Lucu juga ya ... tapi intinya memang benar, rumput dan pohon-pohon berterimakasih menjadi subur berkat jasad yang meninggal, yang menggemburkan tanah…..

Terobosan BLH Depok untuk menjadikan Kuburan Krukut menjadi Hutan Kota ini patutlah di-apresiasi. Padahal BLH baru terbentuk awal 2009, dimana Bapak Rahmat sebagai kepalanya namun sudah banyak membuat kegiatan-kegiatan penghijauan dan RTH (RuangTerbuka Hijau) ini menjadi salah satu programnya.TPU (Tempat Pemakaman Umum) Krukut ini memang direncanakan menjadi RTH yang diharapkan menjadi ruang publik yang sehat dan gratis bagi masyarakat. Menurut ibu Kania (staff BLH), tempat ini akan terus dikembangkan dengan penanaman pohon-pohon produktif seperti mangga, alpukat, rambutan juga tanaman hias, yang bisa dijadikan modal bagi pengelola kuburan dan bermanfaat bagi masyarakat sekitar.

Dimana saja ada lahan-lahan terbuka syukurlah kalau bisa dijadikan areal terbuka penuh tanaman dan pepohonan. Kita perlu Hutan-Hutan Kota sebagai paru-parunya kota, agar kita bisa menikmati udara yang segar dan sehat. Tidak masalah kalau itu lahan kuburan. Ternyata yang meninggalpun masih bisa memberi kita manfaat. Tapi tentu saja kita juga masih memberlakukan norma-norma kesopanan dan penghormatan bagi yang sudah berbaring di sana. Semoga amal ibadah baik yang sudah meninggal maupun yang masih hidup yang semuanya demi kemanusiaan, mendapat pahala yang setimpal di sisi Allah SWT. Amiiin.

BLH ??...... Siiip lah....


Saya bersama teman-teman - ibu-ibu dari Pos Lansia "Dahlia Senja" Limo - berfoto bersama Bapak Lurah Krukut, Bapak Kepala BLH dan Bapak Walikota, setelah menerima hadiah bibit pohon lambang penghijauan.

Bapak Rahmat berbincang-bincang dengan Bapak Muttaqin anggota DPRD Kota Depok dan disebelahnya adalah Bapak Drs Asep, Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata, Seni dan Budaya.

Waaah.., Pak Asep boleh dong kita adakan "Wisata Kuburan"... He he he ...

Lho, kenapa tidak? Kalau kuburan itu indah, bersih, udaranya segar karena banyak ditanami pohon kan fungsinya bertambah menjadi Hutan Kota, yang bisa kita pakai untuk duduk-duduk bercengkerama, seperti lagu ini :


"HUTAN KOTA"
(cipt. ibu Ratna Marsoedi)

Hutan adalah rahmat, yang harus kita rawat
Nafas kehidupan janganlah diabaikan
Kita tanam yang baru menggantikan yang lama
Titipan anak cucu Indonesia tercinta

Hutan kota yang nyaman tempat bercengkerama
Sehat segar udara sehat kita semua
Hutan kota yang nyaman tempat bercengkerama
Sehat segar udara sehat kita semua
Sehat kita semuaaaaa....


Foto diambil setelah enam bulan dari acara pencanangan. Kuburan nampak semakin bersih dan rimbun.