Minggu, 26 Desember 2010

BANGSA PREMAN !!



Data demografi menunjukkan bahwa penduduk Indonesia saat ini, sampai nanti th 2030 (asumsi tingkat pertumbuhan tetap) akan didominasi oleh kelompok umur 15-35 tahun. Bila di gambarkan dengan piramid maka piramid itu gembung ditengah diumur 15-35 tahun tersebut.


Umur 15-35 tahun ini adalah umur dimana kematangan emosi mulai dibangun, dan juga merupakan masa produktif. Warga dengan umur ini, merupakan kekuatan yang luarbiasa bila pemerintah berhasil memberikan lingkungan, kesempatan, dukungan, perhatian, khususnya dibidang pendidikan dan lapangan pekerjaan.

Sayang sekali sampai saat ini, pemerintah (juga anggota DPR) masih mengabaikan kesempatan untuk kebangkitan Indonesia menyongsong MDGs (Milleninum Development Goals), dimana alokasi anggaran yang berhubungan dengan bidang-bidang tersebut diatas masih sangat minim.
(MDGs adalah strategi pembangunan yang telah sama-sama disepakati oleh dunia sebagai upaya untuk mengentaskan penduduk dari kemiskinan).

Akibatnya saat ini kelompok besar usia produktif tersebut didominasi oleh anak-anak muda dengan pendidikan rendah, dan pengangguran. Nah itu tercermin dari perilaku yang jauh dari santun dan tatakrama. Dan karena jumlah mereka besar, akhirnya perilaku mereka berimbas, atau ikut mewarnai perilaku kita semua sebagai bangsa. Kita kalau tidak hati-hati dan mewaspadai gejala ini, bisa-bisa kita akan menjadi BANGSA PREMAN atau bangsa bonek (bondo nekat), tidak mengedepankan akal, tetapi otot dan ngotot...... Waduuuh.....


Lihat saja bagaimana fanatisme yang diperlihatkan secara sempit. Tawuran antar supporter, Ngamuk kalau jagoannya kalah. Kalau merasa tidak puas ya merusak sarana -sarana publik. Melampiaskan amarah sembarangan. Demo anarkhis, dan masih panjang lagi kalau mau disebutkan satu persatu.

Semua itu menunjukkan bahwa kita bukan bangsa yang santun.
Memang benar, karena bangsa yang santun itu biasanya penduduknya sebagian besar berpendidikan (tinggi), katakanlah educated people. Lha kita, menurut data lebih dari 50% anak usia SMA, tidak sekolah atau DO. Mereka juga sebenarnya adalah "korban", korban dari kebijakan pemerintah yang tidak memihak kepada rakyat kecil.

Oleh karena itu marilah kebangkitan nasionalisme kita, yang sekarang lewat sepakbola ini, juga bisa kita gunakan sebagai kebangkitan nasionalisme kesantunan bangsa kita yang ber Pancasila.
Bukankah setiap sila dari Pancasila itu cerminan dari sikap yang santun dan beradab???

Kapan lagi kita akan bangkit???? Wahai kita semua, pemerintah, DPR...... Kapan lagi ???

GARUDA DI DADAKU..........










Sabtu, 11 Desember 2010

Ada "Penjajahan Baru di jagat Media"

Harapan kita bahwa Media TV bisa menjadi ranah publik untuk pembelajaran demokrasi, mencerdaskan bangsa, menumbuhkan etos kerja, dan etika masyarakat nampaknya cuma harapan kosong belaka. Ini bisa kita lihat dari program-program tayangan TV yang hampir seluruhnya cuma suguhan berita kerusuhan, tawuran, anarkhis yang mendorong tumbuhnya jiwa premanisme. Lucu-lucuan (anehnya banyak yang tidak lucu), iklan-iklan yang mendorong sifat konsumtif masyarakat bukannya mendorong sikap hemat dan kerja keras. Tayangan-tayangan tahayul, memedi, pocong dan kawan-kawannya yang membodohkan masyarakat.Tebak-tebakan tanpa mikir yang berhadiah jutaan yang mendorong sifat ingin jalan pintas tanpa kerja keras. Acara Infotainment penuh gosip yang tidak mendidik. Olah TKP rokonstruksi kejahatan/kekejaman yang diperlihatkan sampai detail ( bukankah ini sebenarnya hanya untuk konsumsi persidangan?) dan masih banyak program lainnya yang semuanya hanya membuat degradasi moral bangsa .



Kerusuhan Demo Mahasiswa Makasar ( Des 2010) - gb dari viva news

Mengapa bisa begitu??

Nah ini karena dibelakang media penyiaran, ada pengusaha penyiaran.
Pengusaha penyiaran inilah pemilik modal, dan memperlakukan media penyiaran ini bak industri untuk meraup untung yang se banyak-banyaknya.
Berinvestasi dibidang media, bukan hanya karena idealisme (masih untung kalau masih punya idealisme), tapi juga (malah terutama) , untuk berbisnis. Akibatnya, media menjadi ranah komersiil, tidak memikirkan dampaknya kepada masyarakat, yang penting bisa memberi keuntungan yang se banyak-banyaknya. Bahkan ada juga politik dibelakang media.

Padahal sebenarnya media bisa diibaratkan sebagai cermin masyarakat.
Bukan berarti hanya tempat melihat perwujudan diri kita, tetapi juga tempat dimana diharapkan bisa mendorong terjadinya pembentukan watak bangsa.

Jadi mestinya acara-acara TV sebagian besar adalah program-program yang bisa memberi pencerahan, dan pembentukan karakter bangsa.

Mengapa tidak begitu?

Disini patut dipertanyakan keberadaan KPI (Komisi Penyiaran Indonesia), dan komitmennya.
Apa yang sudah dilakukan oleh KPI ?? Dan kenapa KPI tidak bertaring ??
Seberapa besar pemerintah memberi dukungan kepada KPI ??
Bagaimana tanggung jawab moral Depkominfo??
Dimana peran DPR disini?

Ternyata Reformasi tidak bisa merubah kekuasaan negara menjadi kekuasaan masyarakat/publik. Bahkan yang terjadi adalah persekongkolan antara kekuasaan negara dengan kekuasaan pasar. Bagaimana tidak ? Karena pemilihan pemimpin-pemimpin kita baik pilpres maupun pilkada menganut sistim pasar, dimana para pemodal kuatlah yanmg mampu berperan, dan akhirnya mempunyai kekuatan loby terhadap pemegang kekuasaan negara/pemerintahan.
Itulah kenapa salah satunya, dengan mudahnya KPI di kerdilkan.
Pada th 2004 keputusan MK (Mahkamah Konstitusi) menghapus peranan KPI dalam menyusun PP Penyiaran, yang notabene sangat strategis untuk mewujudkan media menjadi kekuasaan publik.
Masih banyak persoalan-persoalan lainnya.

Mestinya masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat, juga mahasiswa yang dianggap sebagai anggota masyarakat yang terdidik, harus ikut menyuarakan hal ini. Jangan malah mahasiswa melakukan perbuatan (anarkhis) ,yang tayang di televisi sebagai tontonan yang menyedihkan...
Kita harus peduli, karena kalau tidak kehancuran moral bangsa tak terelakkan lagi.

Nah, kalau ingin banyak tahu lagi benang ruwet masalah pertelevisian di Indonesia (termasuk jawaban pertanyaan-pertanyaan diatas) ada buku yang mengupas tuntas media secara holistik dan cukup menarik yaitu berjudul :

KEBEBASAN SEMU karya Agus Sudibyo terbitan Kompas.




Selasa, 07 Desember 2010

Gawat nih,...Tapi ada kok.solusinya.... !!

Gara-gara plastik (salah satunya) , hidup menjadi tidak nyaman....
Gimana mau nyaman ? Setiap musim hujan, banjir tentulah menjadi berita biasa.

Dimana-mana banjir...
Kenapa?? Karena sungai-sungainya banyak yang tersumbat plastik sehingga alirannya menjadi tersendat-sendat lalu meluap ke mana-mana.

Dimana-mana longsor... Bagaimana tidak ?
Karena didalam tanah banyak gumpalan plastik, sehingga tidak ada lagi yang menahan tanah (tanah tidak solid)
Bukankah pohon-pohonnya pun sudah banyak ditebangi?

Benar-benar plastik menjadi ancaman berat bagi kehidupan kita diabad ini...

Bayangkan......plastik didalam tanah baru bisa terurai setelah ratusan tahun, bahkan bisa mencapai seribu tahun. Padahal setiap hari limbah plastik menggunung jumlahnya karena plastik sudah menjadi bagian dari kehidupan kita. Setiap belanja, setiap membawa sesuatu, kebanyakan kita memakai plastik karena memang lebih praktis.

Bayangkan .....Lebih dari satu juta burung dan 100.000 binatang laut dan penyu mati setiap tahunnya karena memakan/termakan sampah plastik yang dilaut.

Bayangkan.... ada 46.000 potong sampah plastik disetiap mil persegi permukaan laut.

Hiiii........

Sesudah banyak disosialisasikan tentang bahaya limbah plastik ini dan dampaknya bagi lingkungan, mulai ada kesadaran baru untuk mulai hemat dengan pemakaian plastik juga mulai ada kelompok-kelompok yang sadar lingkungan dengan mulai membuat bermacam produk dari limbah plastik ini, seperti tas, map, dll, termasuk kelompok kami kelompok Pos Lansia Dahlia Senja Limo Depok, juga sudah sering mensosialisasikan masalah penghematan pemakaian plastik ini bahkan juga mencoba membuat berbagai macam tas dari limbah plastik ini.


Ibu-ibu Pos Lansia Dahlia Senja belajar membuat tas dari limbah plastik

Pertanyaanya adalah seberapa efektifkah, kegiatan-kegiatan penghematan seperti itu dan penggunaan kembali ( Reuse) plastik ini bahkan juga recycle untuk menanggulangi volume limbah plastik yang semakin hari dengan kecepatan yang luar biasa bertambah banyak saja.?

Ternyata, menurut survey baru 1% nya saja dari limbah tas plastik ini yang di recycle, padahal setiap tahun diproduksi/terjual sekitar 500 juta tas plastik. Haaaa???
Bisa dibayangkan bukan, bagaimana sisanya itu??
Yang dibuat kerajinanpun kan hanya memperpanjang waktu pemakaiannya saja bukan? Paling memperpanjang cuma 2 atau 3 tahun, sesudahnya ya bagaimana?
Disamping itu kelompok pembuat kerajinan dari limbah inipun berkembang sangat lambat. Kenapa?
Karena produksinya yang terbuat dari limbah ini tentulah kalah bersaing dengan produk-produk plastik dari China yang membanjiri pasar kita.Kebanyakan orang ya memilih membeli tas-tas plastik dari cina sudah lebih bagus harganya murah lagi !
Yang bersedia membeli tas-tas kerajinan hasil limbah plastik sangat terbatas. Hanya orang-orang yang sadar lingkungan saja, dan itu tidak banyak.


Sejujurnya agak susah mengajak masyarakat menghindari pemakaian plastik. Karena memang kantong plastik sangat ideal untuk membawa belanjaan, maupun mewadahi makanan, jajanan dsb karena sifatnya yang lentur. Pedagang dipasar, tukang jajanan dipinggir jalan tetap memilih kantong plastik ini sebagai wadahnya. Kitapun agak sulit untuk mengajak masyarakat langsung bisa membiasakan kemana-mana membawa wadah sendiri.Kebiasaan ini perlu waktu untuk disosialisasikan.

Jadi memang benar, kita berpacu dengan waktu. Kecepatan penumpukan limbah plastik tidak bisa kita imbangi dengan upaya seperti penghematan(reduce), reuse, maupun recycle, kerena terbukti saat ini saja kita baru mampu merecycle 1% saja dari limbah plastik yang ada.

Kita perlu ada solusi yang lain.

Dan ternyata sekarang sudah ada tambahan solusinya !!

Solusi ini berdasarkan bahwa :

Pertama tas/kantong plastik memang sangat ideal untuk membawa berbagai belanjaan, jajanan karena sifatnya yang elastis.
Yang kedua, tas/kantong plastik menjadi masalah sebenarnya hanya karena masa terurainya saja yang sangat lama ( seribu tahun).



(Acara sosialisasi tas ramah lingkungan, Oxium)


Nah sekarang ada terobosan baru, yaitu telah diproduksi tas/kantong plastik yang ramah lingkungan.
Mengapa disebut ramah lingkungan? karena kantong plastik ini bisa terurai dalam waktu yang singkat, yaitu 2 tahun saja ( bandingkan dengan yang 1000 tahun).
Mengapa bisa? Karena pada waktu pembuatan plastik ini ditambahkan zat aditif yang namanya oxium yang bersifat mempercepat degradasi plastik ini sehingga hanya perlu sekitar 2 tahun untuk terurai.
Nah ini suatu tambahan solusi bukan ?


Bersama bapak Sugianto Tandio, Presiden Direktur PT Tirta Marta (producer Oxium)

Oleh karenanya, kampanye untuk penghematan tas plastik (diet kantung plastik/reduce) dan kegiatan reuse, pembuatan kerajinan dari limbah plastik serta recycle tetap harus diteruskan.Tetapi kampanye untuk menggunakan tas plastik yang ramah lingkungan ini juga sangat penting untuk digalakkan, karena yang terakhir ini sepertinya solusi yang juga perlu dicoba dilaksanakan.

Sebenarnya sih, kalau di supermarket-supermarket malah sudah menggunakan plastik ramah lingkungan ini, seperti Carrefour, Superindo, Indomaret, Alfamaret, Century, cuma masalahnya bagaimana pasar-pasar tradisionil, tukang-tukang jajanan juga mulai mau menggunakan tas kresek ramah lingkungan ini. Ini memang perlu kita kampanyekan, dan sosialisasikan lebih intensif. Peran pemerintah sendiri juga sangat diharapkan untuk pembatasan penggunaan kantong-kantong plastik di swalayan seperti di negara-negara yang sudah maju.

Jadi bagaimana ??

Disamping kita harus hemat tas/kantong plastik(Reduce) tetap meReuse dan meRecycle, yuk kita juga beralih menggunakan tas /kantong kresek plastik yang ramah lingkungan .
Dan itu adalah Tas/Kantong Plastik Oxium !!!

Foto diatas adalah tas oxium yang agak bagus (agak mahal). Adapun yang banyak diproduksi adalah tas oxium yang model tas kresek, yang sudah di gunakan di carrefour dan swalayan yang lain.
Tas/kantong plastik Oxium ini sudah mendapat sertifikat : InSWA ( Green Label Indonesia) :


http://indonesiaproud.wordpress.com/2010/09/02/plastik-oxium-plastik-ramah-lingkungan-dari-tirta-marta/




Minggu, 05 Desember 2010

HEMAT DAN SEHAT


“TANAH KITA TANAH SURGA …TONGGAK, BATU DAN KAYU JADI TANAMAN”

Itulah penggalan dari lagu Koes Plus yang menggambarkan betapa suburnya negeri kita…..
Tapi kenapa ya negeri yang subur ini, tidak membawa kemakmuran bagi penduduk nya ???
Tentu karena para pemimpinnya, dan para elite dinegeri ini tidak amanah. Menjadi pemimpin adalah kesempatan menjadi koruptor ( Waduuuh !! )

Bukan itu saja, bangsa Indonesia sepertinya juga bangsa yang malas.Singapore saja yang tidak punya tanah, bisa mengembangkan anggrek dan tanaman hidropoenik. Disini tanah dimana-mana banyak yang terbengkalai, halaman-halaman rumah kering tidak rimbun, tidak ada usaha untuk memberdayakan. Inginnya segala sesuatu itu tanpa proses, langsung enak.

Mental seperti ini tentu tidak begitu saja terjadi, tetapi warisan sejak orde baru , dimana waktu itu banyak sekali dicontohkan bahwa kesuksesan tidak identik dengan kerja keras, tetapi lebih kepada adanya jalinan hubungan dengan penguasa (KKN).

Adalah kewajiban kita semua sekarang untuk bersama-sama mengawasi dan mendorong pemerintah agar bersih dan pro rakyat, juga bagaimana membentuk karakter bangsa menjadi bangsa yang pekerja keras, tentu saja sesuai dengan kemampuan dan posisi yang dimiliki.

Untuk menyadarkan kita semua pentingnya mensyukuri warisan tanah kita yang subur, maka Pos Lansia Dahlia Senja Limo Depok mengajak anggotanya untuk memberdayakan halaman rumah masing-masing sehingga bisa memberi manfaat lebih. Bisa lebih rimbun dan hijau sehingga memdatangkan kesegaran udara yang kita hirup, syukur juga menghasilkan bila yang kita tanam tanaman buah dan sayur.

Dalam acara silahturahmi dan ramah tamah, kita bagikan bibit cabe dan tomat untuk ditanam dihalaman masing-masing. Untuk sekedar memberi semangat, kegiatan ini dilombakan, dimana pemenangnya nanti adalah yang tanamannya tumbuh sehat dan subur.Tentu saja diharapkan untuk seterusnya terbina sikap untuk bisa menghargai ketekunan, memanfaatkan halaman, juga barangkali lahan yang ada bisa diusahakan agar lebih produktif.

Nah dengan makin banyaknya tanaman dihalaman kita akan membuat lingkungan menjadi hijau dan sehat, lebih-lebih itu juga bisa mengurangi biaya belanja kita setiap harinya. Bukankah sangat bagus sekali slogan ini : “HEMAT DAN SEHAT”

Ibu Hj Fatimah (wk ketua) membagikan bibit cabe dan tomat.
Sebelum acara ramah tamah, dilakukan doa bersama.

Senin, 29 November 2010

Tulalit……Tulalit………. Aduuuh…. Gimana siiih ??

Jadi begini bu, ….” Kata ibu Nita staff kantor Dispora (Dinas Pemuda dan Olahraga) Depok kepada kami pengurus Pos Lansia Dahlia Senja Limo yang menghadapnya, sehubungan dengan permintaan kami untuk mendapatkan sumbangan seperangkat alat rebana dari kantor Dispora.
“ Ibu harus membentuk“Sanggar”untuk bisa memperoleh bantuan alat rebana tersebut“ Lanjut bu Nita.
“ Ya bu Nita, itu tidak masalah, kami pengurus “Dahlia Senja”memang sudah membicarakan masalah pembentukan sanggar ini diantara kami , dan kami merasa punya potensi . Selama ini kami sedikit banyak sudah melakukan kegiatan-kegiatan seni dan budaya seperti menyanyi (vocal group), peduli batik juga kesenian rebana. Disamping itu kami juga sudah mendata beberapa orang dilingkungan kami yang mempunyai keahlian olah vocal dan tari yang insya Allah bersedia kami libatkan sebagai pelatih.”Jawab kami penuh semangat ber angan-angan alat Rebana segera ditangan….. he he he ….
“ Oh, ya baguslah kalau begitu. Ibu segera saja mengajukan permohonan pembentukan sanggar, dengan mengisi formulir. Ibu coba ke bu Yeni, beliau yang mengurusinya”
Kami keluar kamar bu Nita, menuju ruangan dengan beberapa meja dan menghadap bu yeni seperti yang diarahkan ibu Nita tadi.
“ Ini bu formulir pendaftarannya, ” Kata bu Yeni setelah tahu maksud kami menghadap.
“ Ibu bawa saja pulang kerumah, ibu pelajari lalu diisi dan dilengkapi persyaratannya, untuk dikembalikan kesini lagi ya bu…”
“ Ya bu terimakasih, nanti segera saya selesaikan” Kataku sambil beranjak pergi bersama beberapa teman “Dahlia Senja “ yang aku ajak kesini.
Belum sampai dipintu keluar, aku berpikiran barangkali dalam mengisi nanti aku perlu konsultasi, maka aku balik kembali dan bertanya kepada bu Yeni :’ Bu Yeni, kami minta no tilpun nya bu, agar kami bisa konsultasi bila ada kesulitan mengisinya nanti”

“ Lah, bu ….itu di formulir kan sudah tertera no tilpun sini , ….”


(Yaaa…. Dasar lansia! Kenapa aku begitu bodoh ya?? ) Betul !! Di formulir sudah ada kop nya Dinas Pemuda Olahraga Pariwisata seni dan Budaya, lengkap dengan alamat dan nomor tilpunnya !!!



“ Maaf bu Yeni, maaf….. iya … trimakasih lho bu Yeni….” Wah aku jadi malu sendiri………
Agar keinginan ibu-ibu Dahlia Senja untuk mendapat bantuan alat musik Rebana segera terrealisir, maka keesokan harinya dirumah segera aku lengkapi persyaratan-persyaratan yang diperlukan, seperti pasfoto 4x6, Fotocopy KTP dll.
Giliran melengkapi isian di formulir, ada baberapa isian yang aku agak bingung . Daripada nanti salah, maka aku sebaiknya konsultasi saja sama bu Yeni, toh aku ada nomor tilpunya.
Maka aku segera menghubungi kantor Dispora…….
“ Hallo………Assalamualaikum….. “Sapaku mengawali.
“ Ini kantor Dispora pak……?, Bisa berbicara dengan Ibu Yeni???”
“ Ini toko komputer bu…. “ Jawab diseberang dan tiba-tiba tilpun ditutup.
(Waduuh…..dasar lansia….. aku salah pencet kali ya !)
Maka aku ulangi tilpun lagi ……
“ Ini kantor Dispora pak?? “
“ Ini toko komputer bu! “ Terdengar jawaban agak kesal di seberang sana dan tilpun lagi-lagi ditutup.
(Yang bener nih....…. ! Walau aku lansia, masak sih sampai dua kali salah pencet).
Aku tidak menyerah, akan aku coba sekali lagi! Dan aku akan membuat orang yang diseberang sana tidak mengabaikan aku begitu saja. Aku tidak main-main. Ya, aku tidak main-main !!
“ Paaak, saya tidak main-main pak,…..tolong jangan ditutup dulu pak tilpunnya..” Sergahku begitu bapak yang diseberang mengangkat tilpunnya.
“ Saya tidak main-main pak, karena nomor tilpun ini saya baca dari kop surat resmi Pemerintah Kota Depok. Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata, Seni dan Budaya. ”, lanjutku, pura-pura bernada tegas
“Ooooo… maaf ya bu, tadi soalnya saya baru ngerjain sesuatu yang nggak bisa ditinggalin begitu saja bu Tapi sekarang sudah kok, sudah selesai.”
(Waah…. Ternyata bapak ini ramah juga tho……he he he)
“ Begini bu, dulu emang kantor Dispora itu disini, tetapi terus pindah keseberang jalan situ bu…..Itu tadi nomor tilpun sini bu “
“ Ooo…… begitu, ….??? “ Jawabku agak sedikit heran… atau bingung mengetahui keadan yang sebenarnya.
“ Wah, padahal saya butuh tilpun ke kantor Dispora pak. Gimana ya pak? “
(Lho ? aku kok malah curhat ya???)
“ Eh pak, bapak punya nomor tilpun kantor Dispora?? “ tanyaku menjajagi.
“ Coba deh bu saya carinya. Kayaknya sih dulu ada. Tunggu sebentar ya bu…..”
(Wah baik benar orang ini)
Selang berapa lama,…..
“ Bu, ini bu ketemu….”
Dan dia mengeja deretan nomer, aku dengan teliti mencatatnya.
“Wah, terimakasih ya pak, sudah dibantu” Ucapku girang
“Sama-sama bu, semoga sukses..”
He he he ……. Tentu maksud bapak itu bukan aku sukses mendapatkan rebana, kan dia tidak tahu urusanku. Paling agar aku sukses menghubungi kantor Dispora, itu saja.
Segera aku pencet nomer yang dikasih bapak tadi.


Jawaban yang aku terima…. : “ Tulaliiiiitt…Tulaliiiiitt….Maaf, nomer yang anda hubungi, belum terpasang….”
Aku coba sekali lagi, jawabannya idem ditto alias sama bae.
Aduuuhh,….. siapa sih ini yang salah ????
Terus aku harus bagaimanaaaa ?????

Apa aku hubungi bapak itu lagi ya??
Sudahlah,…… keseringan tilpun dia, nanti malah dia jatuh cinta padaku, he he he.
Ah, sebodo amat ah. Biarlah aku isi saja formulir itu sebisaku, besok biar dibawa temanku ke kantor Dispora. Kalau ada yang salah ya nanti dibawa pulang, dibetulkan, terus diantar kesana lagi. Begitu sajalah…..
Habis bagaimana lagi ? Kalau teknik komunikasi dan informasinya mampet...he he he

Keterangan gambar/foto :
Sanggar "Dahlia Senja" mulai merintis memberi latihan seni tari kepada anak-anak yang akan dikembangkan juga kepada kaum remaja untuk melestarikan seni dan budaya Indonesia.
Jangan sampai kekayaan budaya kita justru negara lain yang mempelajari, mengembangkan dan mencintai...... Apakah kita tidak malu ????
( foto diambil saat latihan tanggal 14 Oktober 2010 )