Rabu, 09 Juni 2010

Bumi ku........ Bumi mu !!!!




















Lagu " BUMI KU.... BUMI MU ! "
(ciptaan Ibu Ratna Marsoedi, April 2010 )

Bumi kita adalah satu
Bumiku adalah Bumimu
Marilah kita merawatnya
Titipan anak cucu kita

Jangan biarkan(jangan !) Floranya rusak
Jangan biarkan (jangan!) Faunanya musnah
Jangan biarkan (jangan !) Floranya rusak
Jangan biarkan (jangan!) Faunanya musnah

Marilah kita (mari!) Bersama-sama (ayo !)
Bergandengan tangan satukan irama
Menanam pohon, sayang binatang
Menjaga kelestarian alam (OK !)

Bumi kta adalah satu............
Bumi kita adalah satu......

Bumiku ??? Bumimu !!!!
(Lagu untuk Hari Bumi dan Hari Lingkungan Hidup)



AYO PEDULI HUTAN DAN BUMI KITA !!

Beberapa hari sebelum tanggal 22 April 2010 yang merupakan Peringatan Hari Bumi sedunia, ada ajakan lewat facebook dari teman-teman aktivis lingkungan untuk berpartisipasi dengan cara memadamkan lampu/listrik pada hari tersebut dari jam 20.30 sampai dengan jam 21.30.

Aku bukanlah aktivis lingkungan sekaliber Ully Harry Rosady, juga bukan seperti teman-teman aktivis lingkungan yang lain, karena aku hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa yang bahkan sudah di ambang senja karena sudah masuk dalam kategori Lansia (Lanjut Usia). Namun rasa keprihatinanku yang mendalam atas terjadinya kerusakan alam khususnya di Indonesia yang semakin parah membuatku yang kebetulan mempunyai sedikit ketrampilan memetik gitar, untuk membuat beberapa lagu tentang lingkungan hidup, serta mengajak ibu-ibu yang tergabung dalam kelompok Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu) Lansia Dahlia Senja kelurahan Limo dimana kebetulan aku ketuanya untuk lebih peduli terhadap pemulihan dan pemeliharaan lingkungan walaupun secara sederhana. Kuajak mereka menyanyikan lagu-lagu hasil ciptaanku yang bertema lingkungan, menanam pohon, dan mencoba untuk mengolah limbah plastik menjadi barang-barang yang berguna.

Nah pada tanggal tersebut diatas, aku memadamkan lisrtrik sebagai tanda partisipasi.

Dalam kegelapan, aku merenung..................
Sebenarnya, menyambut hari bumi ini aku ingin mengajak teman-temanku untuk ikut berpartisipasi dengan memadamkan lampu/listrik seperti ajakan yang disampaikan oleh para aktivis lingkungan lewat facebook yang aku baca.
Namun aku yakin mereka pasti belum bersedia melakukan pemadaman itu, karena aku belum melakukan sosialisasi yang intensif. Terlebih apa yang dilansir untuk menyambut hari bumi ini adalah jargon " penghematan energi"

Memang kalau dikaitkan sebagai penghematan energi secara nasional, benar adanya. Tetapi bagi orang-orang yang berpikir sederhana, yang mendapat kenyataan bahwa listrik di rumah sudah sering dipadamkan oleh pihak PLN, penghematan energi tidak tepat digunakan sebagai himbauan.
Paling kilah mereka nanti seperti ini :

" Walah bu Ratna, kita ini kan sudah keseringan mati lampu, PLN payah deh ! Tapi masak pas lisriknya ngga mati, kita malah disuruh matiin.... "

Oleh karena itu aku rasa perlu sosialisasi yang lebih intensif mengenai masalah lingkungan ini. Kalau ada pemadaman listrik oleh PLN, dan kita menderita karenanya, itu hal biasa. Tetapi kalau tidak ada pemadaman listrik, dan kita justru dengan kemauan sendiri memadamkan di Hari Bumi, itu yang istimewa ! karena itu lebih sebagai suatu aksi pernyataan sikap bahwa kita peduli terhadap lingkungan. Sebagai simbol  dukungan  terhadap kegiatan-kegiatan lingkungan hidup , dengan berperilaku hemat terhadap kekayaan bumi kita, energi listrik salah satunya. Selama ini kita sudah mengeksploitasi kekayaan bumi kita secara serakah. Kini hasilnya adalah kerusakan bumi yang akan menimbulkan malapetaka bagi umat manusia. Maka  Hari Bumi  adalah momen untuk membulatkan tekad bersama-sama melakukan penghematan disegala bidang demi kelangsungan bumi kita ini.

Masih banyak warga masyarakat yang mengira bahwa Indonesia masih rimbun dengan hutan dan pohonnya, masih kaya fauna dan floranya, masih banyak air dan sumber alamnya. Oleh karena itu masalah kerusakan bumi dan ancaman musnahnya flora dan fauna, perlu lebih gencar disosialisasikan dan dikampanyekan.

Kurangnya sosialisasi masalah kerusakan bumi ini, menjadikan peringatan Hari Bumi kurang bergaung di masyarakat. Di Depok hanya beberapa LSM yang merayakannya. Salah satunya adalah Unite Depok bersama Mapala UI menggelar kegiatan dan pemasangan spanduk di Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Jalan Margonda Raya Depok pada tanggal 21 April 2010.


















(Foto di copy dari website resmi pemerintah kota Depok)

Bapak Walikota Depok hadir dalam aksi simpatik Peringatan Hari Bumi sedunia

yang dilakukan oleh Depok Unite dan Mapala UI pada tgl 21/04/2010 tersebut. Aksi ini untuk mengkampanyekan kesadaran pemeliharaan lingkungan hidup serta terwujudnya ruang-ruang hijau terbuka atau bisa disebut "Hutan Kota" yang bisa berperan sebagai paru-paru kota, seperti tercermin dalam lagu dibawah ini:

Lagu "Hutan Kota"
(cipt. ibu Ratna Marsoedi)
Hutan adalah rahmat yang harus kita rawat
Nafas kehidupan, janganlah diabaikan
Kita tanam yang satu, menggantikan yang lama
Titipan anak cucu, Indonesia tercinta

Hutan Kota yang nyaman, tempat bercengkerama
Sehat segar udara, sehat kita semua
Hutan Kota yang nyaman, tempat bercengkerama,
Sehat segar udara, sehat kita semua
Sehat kita semua
Sehat kita semuaaaaaa.....

&&&&&&-----&&&&&&

Nah marilah kita terus intensifkan sosialisasi masalah kerusakan hutan dan bumi sesuai dengan kemampuan kita masing-masing.
Dibawah ini adalah pemaparan masalah kerusakan hutan dan bumi dari beberapa sumber yang perlu disebar luaskan dan dikampanyekan.

Hutan hujan yang tersisa di Jawa kurang dari 10.000 hektar
(06/02/2010) Dari tahun 2003-2006, Jawa kehilangan sekitar 2.500 hektar per tahun (total 10.000 hektar hutan) menurut Kementrian Kehutanan. Meski tingkat kehilangan di Jawa jauh lebih rendah di banding di pulau-pulau lain di Indonesia (seperti Borneo, Sumatera, dan Sulawesi), Jawa terancam karena hutannya hanya tinggal sedikit. Jika tingkat penggundulan hutan yang sebelumnya tetap terjadi di tahun 2007-2010, maka pada akhir tahun, organisasi pelestarian Pro Fauna memperkirakan hanya sekitar 10.000 hektar hutan hujan yang masih ada di pulau ini, dan menempatkan banyak spesies yang unik dan terancam punah pada masalah besar ( data dari fb Green Indonesia)



































Catatan di Hari Bumi 22 April: Jangan Biarkan Bumi Menangis !

Hari Bumi mulai diperingati dan berkembang secara global, sejak tanggal 22 April 1990. Saat itu sekitar 200 juta orang dari 141 negara di dunia tergerak untuk mengangkat tema lingkungan hidup dan ‘revolusi hijau’ dalam skala global. Hari Bumi 1990 juga menjadi titik tolak terlaksananya KTT Bumi 1992 di Rio de Janeiro.

Untuk pertama kali, Hari Bumi dilaksanakankan tanggal 22 April 1970, saat berkumpulnya ratusan ribu orang memadati Fifth Avenue di New York diikuti sekitar 1500 perguruan tinggi dan 10.000 sekolah yang turut berpartisipasi dalam unjuk rasa di New York, Washington dan San Fransisco. Majalah Time memperkirakan sekitar 20 juta orang turun ke jalan pada hari itu untuk memulai sebuah “Revolusi Hijau”. Aksi ini merupakan jawaban dari gagasan gerakan lingkungan hidup tahun 1969 yang disampaikan oleh Senator Gaylord Nelson dari Wisconsin, Amerika Serikat.

Bumi yang kita huni, merupakan salah satu planet dalam Sistem Tata Surya, dan selalu berputar mengelilingi sebuah bintang besar yang disebut Matahari. Bumi terbentuk sekitar 4,6 milyar tahun yang lalu dari gas dan debu panas menjadi bola lahar yang kemudian mendingin dengan suhu dipusatnya sekitar 5.500 derajat Celcius.

Saat kerak Bumi terbentuk, gas terlepas dari dalam Bumi membentuk gelembung gas membentuk lapisan yang disebut atmosfer, sehingga udara, awan serta air pun terbentuk. Pada akhirnya makhluk hidup muncul, dimulai dari lautan kemudian bergerak ke daratan berupa tumbuhan dan binatang. Melalui proses evolusi terus menerus yang berlangsung lama, maka terbentuklah Bumi sebagaimana yang kita lihat sekarang ini.

Bumi merupakan satu-satunya planet yang bisa dihuni, di antara planet lain pada Sistem Tata Surya kita yang disebut galaksi Bimasakti. Dalam sistem yang lama terdapat sembilan planet yang mengelilingi Matahari yang terdiri dari: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus dan Pluto. Pada perkembangan terakhir, para astronom sepakat untuk mengelompokkan Pluto sebagai planet kerdil/katay (dwarf planet) bersama dengan: Ceres, Sedna dan 2003 UB313(Eris), sehingga jumlahnya menjadi ‘dua belas planet’ (Sumber: astronomy-pictures.net).

Fakta dan hal lain tentang Bumi:
Luas permukaan bumi adalah 510 juta km2 yang terdiri dari :
Luas daratan : 149 juta km2 (29%)
Luas laut dan samudera : 361 juta km2 (71%)
Isi bumi : 1.083.230 juta km2
Berat bumi : 5.976 juta juta juta ton
Tempat tertinggi : Puncak Everest (8848 m diatas permukaan laut)
Tempat terdalam : Palung Mariana (11.035 m dibawah permukaan laut)
Suhu inti bumi : 5000 0C.
Tekanan pada inti bumi : 3,5 juta atm
Jari-jari pada equator : 6378,1 km
Jari-jari pada kutub : 6356,8 km

Manusia sebagai salah satu makhluk hidup yang menjadi penduduk di Bumi, adalah pelopor bagi kemajuan peradaban Bumi dan secara sengaja atau tidak sekaligus berperan pada proses kerusakan alam dan lingkungan di Bumi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sampai internet, sangat mengglobal sehingga batas ruang dan waktu semakin tak terasa. Di sisi lain, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti terpenuhinya sandang, pangan dan papan, tidak jarang berakibat rusaknya lingkungan sehingga Bumi semakin tergerus.

Diperkirakan pada tahun 2016 jumlah penduduk bumi akan sebanyak 8 miliar orang. Coba lihat, dengan jumlah penduduk sebanyak itu padahal luas daratan yang ada cuma 149 juta km2, maka akan banyak masalah yang akan dihadapi penghuni planet Bumi ini, yaitu berupa: masalah perumahan, kesehatan, pangan, lingkungan, lapangan kerja, tanah, kemiskinan, perang, dan sebagainya.

Beberapa catatan dan fakta-fakta tentang kerusakan yang terjadi di Bumi, yang sebagian besar terjadi akibat ulah manusia adalah sebagai berikut:

-Penggundulan hutan untuk dijadikan pembukaan areal pemukiman, ladang peternakan dan perkebunan baru dsb. (Sekitar 10 ribu tahun yang lalu hutan alam di Bumi diperkirakan mencapai 6,2 milyar hektar namun kini hanya tersisa tidak lebih dari 2 milyar hektar)

-Penebangan pohon hutan untuk dijadikan bahan baku bagi industri bangunan, furniture, kertas, dsb

-Kerusakan hutan akibat pembalakan liar (illegal logging) dan kebakaran hutan

-Kerusakan alam akibat berbagai jenis pertambangan (minyak bumi, batu bara, emas, timah sampai pasir dsb).

-Berkurangnya keanekaragaman hayati di Bumi sebagai akibat langsung dari berkurangnya hutan di Bumi. Menurut data dari WWF, sebuah LSM internasional yang bergerak dalam bidang pelestarian keanekaragaman hayati, setiap harinya di planet ini 50 sampai 100 jenis spesies makhluk hidup lenyap dari muka bumi akibat berbagai perubahan alam karena ulah manusia

-Aktivitas manusia yang mengakibatkan hancurnya lapisan ozon dan menumpuknya gas rumah kaca penyebab pemanasan global (global warming) dan perubahan iklim (climate change). Gas-gas tersebut antara lain : CO2 (banyak dihasilkan dari sisa pembakaran minyak bumi), CFC (digunakan sebagai bahan pendingin pada ac dan kulkas serta hair spray), Halon,N2O dan Methan (CH4).

-Kerusakan lingkungan akibat polusi pada udara, air dan tanah di Bumi.

-Kerusakan alam akibat limbah B3. Menurut UNEP (United Nation Environment Program – Badan di PBB yang menangani masalah program lingkungan hidup), limbah B3 (bahan beracun berbahaya) yang dihasilkan oleh berbagai sisa industri pertahunnya mencapai jumlah 400 juta ton. Sebagian besar mengalami perpindahan antar Negara dari negara industri ke negara-negara yang sedang berkembang yang belum mempunyai peraturan ketat masalah limbah B3, termasuk Indonesia.

-Kerusakan lingkungan akibat menumpuknya sampah anorganik seperti plastik, aluminium foil, steroform, besi, kaca, kulit, kain dan sebagainya. Untuk diketahui khusus untuk sampah plastik baru bisa hancur diurai oleh Bumi setelah minimal 200 tahun.

Dan masih banyak kerusakan lingkungan di Bumi lainnya, yang membuat Bumi menangis, karena kalau semua kerusakan-kerusakan di atas tetap dibiarkan, akan menjadi malapetaka dan bumerang bagi manusia sendiri yang akan turut hancur bersama Bumi sebagai rumah besar tempat untuk dihuninya.

Pada kesempatan hari Bumi ini, ayo kita tingkatkan kepedulian terhadap keadaan di Bumi, ayo Sayangi Bumi, perbaiki lingkungan sekitar kita, selamatkan Bumi mulai dari sekarang ! (Save Environment, Save The Earth !) Hijaukan Bumi, dengan menanam pohon mulai hari ini, serta bertindak ramah lingkungan agar Bumi kita tetap nyaman untuk dihuni bersama.

Untuk kita renungkan Bumi yang cuma satu ini adalah rumah bersama yang dititipkan Tuhan Sang Pencipta untuk anak cucu kita nanti. Kata ‘dititipkan’ lebih tepat digunakan daripada kata ‘diwariskan’ yang bisa diartikan bisa dipakai atau dihabiskan semau yang menerima warisan.
( Data dari fb "Alam Hijau")





Tidak ada komentar:

Posting Komentar